Penggolongan Ilmu
Penggolongan ilmu ini menyita
perhatian para pemikir besar seperti Plato, Aristosteles, Francis Bacon, John
Locken, Thomas Hobbes, Wilhelm Dilthey, Wilhelm Windelband, dan yang lainnya,
karena nilai kegunaannya. Tanpa penggolang ilmu tidak mungkin dilakukan
sistematisasi dan tidak mungkin ditunjukkan saling hubungan antar cabang-cabang
ilmu pengetahuan. Pengetahuan ilmu menurut Dictionary of Philosophy and
Psychology adalah penataan sistematik terhadap bermacam-macam cabang
pengetahuan atau ilmu positif untuk menentukan definisinya, menetapkan
batas-batasnya, menunjukkan antar hubungannya, dan memastikan berapa banyak
tugas ilmu telah diselesaikan dan apa yang masih harus dikerjakan (dalam
Dardiri, 1986:12).
Pembagian ilmu pengetahuan sudah
dilaksanakan oleh para ahli sejak dahulu kala sampai sekarang yang pada umumnya
terdapat perbedaan-perbedaan sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
1. Pembagian menurut Plato
Plato membagi ilmu pengetahuan
menjadi 3 macam :
a.
Dialectica : ilmu pengertian, yang membahas cara
pertukaran pikiran dan cara membedakan yang benar dan yang salah.
b.
Fisika : ilmu pengetahuan tentang
keadaan benda-benda pada umumnya.
c.
Ethica : membicarakan masalah baik dan
buruk.
2. Pembagian menurut
Aristosteles
Aristosteles
membagi ilmu pengetahuan dalam 6 macam
a.
Logica : Secara etimologi
(bahasa) logika berasal dari bahasa Yunani data kata logika, kata sifat dari
logos yang berarti kata atau pikiran yang benar, jadi kalau ditinjau dari segi bahasa semata ilmu logika
adalah pengetahuan tentang berkata benar. Oleh karena itu dalam bahasa arab
ilmu logika ini dinamakan ilmu mantiq yang berarti ilmu tentang bertutur kata
yang benar. Sedangkan menurut terminologi (istilah) ilmu logika adalah
pengetahuan yang istematis sekaligus mempelajari tentang aturan-aturan dan
hukum-hukum berpikir yang dapat mengantarkan manusia pada kebenaran berpikir.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Aristoteles logika
merupakan alat bagi seluruh ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pula, barang
siapa telah mempelajari logika, sesungguhnya ia telah menggengam master key
untuk membuka semua pintu masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Maka dari itu ilmu logika bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang pasti
terbukti tersusun secara sistematis tentang asas-asas agar yang menentukan
pemikiran yang sehat dan benar serta lurus. Seperti ilmu kimia misalnya
menyelidiki hukum-hukum yang berlaku. Untuk susunan atau reaksi-reaksi materi.
Maka demikian ilmu logika, menyelidiki, merumuskan, membuktikan dan menerapkan
hukum yang harus dapat ditaati untuk dapat berpikir dengan tepat dan teratur.
b.
Ethica : Etika
Nikomakea (bahasa Inggris:
'Nicomachean Ethics'), atau Ta Ethika, adalah karya Aristoteles tentang kebajikan
dan karakter
moral yang memainkan peranan penting dalam mendefinisikan etika
Aristoteles. Kesepuluh buku yang menjadi etika ini didasarkan pada
catatan-catatan dari kuliah-kuliahnya di Lyceum
dan disunting atau dipersembahkan
kepada anak lelaki Aristoteles, Nikomakus.
Etika Nikomakea memusatkan perhatian pada pentingnya membiasakan
berperilaku bajik dan mengembangkan watak yang bajik pula. Aristoteles
menekankan pentingnya konteks dalam perilaku etis, dan kemampuan dari orang
yang bajik untuk mengenali langkah terbaik yang perlu diambil. Aristoteles
berpendapat bahwa eudaimonia
adalah tujuan hidup, dan bahwa usaha mencapai eudaimonia, bila dipahami dengan
tepat, akan menghasilkan perilaku yang bajik.
c.
Metafisica : Metafisika
adalah salah satu cabang Filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai
penyebab segala sesuatu sehingga hal tetrtentu menjadi ada. Sebenarnya disiplin
filsafat metafisika telah di mulai semenjak zaman Yunani kuo. Mulai dari
filosof-filosof alam sampai Aristoteles (284-322 SM). Aristoteles sendiri tidak
pernah memakai istilah metafisika. Aristoteles menyebut sesuatu yang mengkaji
hal-hal yang sifatnya diluar fisika sebagai filsafat pertama (prote
philosophia) untuk membedakannya dengan filsafat kedua yaitu disiplin yang
mengkaji hal-hal yang bersifat fisika. Metafisika berasal dari bahasa yunani ta
meta ta physica yang artinya “yang datang setelah fisika” Metafisika sering
disebut sebagai disiplin filsafat yang terumit dan memerlukan daya abstraksi
sangat tinggi (ibarat seorang mahasiswa untuk mempelajarinya menghabiskan
beribu-ribu ton beras), ber-metafisika membutuhkan enersi intelektual yang
sangat besar sehingga membuat tidak semua orang berminat menekuninya.
d.
Rhetorica : Berbicara yang
akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan) di tengah-tengah orang
lain, bukanlah sekadar berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif),
bernilai informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh
(persuasif). Dengan kata lain, manusia mesti berbicara berdasarkan seni
berbicara yang dikenal dengan istilah retorika.
Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang
kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah
retorika seringkali disamakan dengan istilah pidato. Agar
lebih jelas maka dalam ulasan berikut ini akan didalami secara bersama beberapa
pemahaman dasar tentang retorika. Dalam ajaran retorika Aristoteles, terdapat
tiga teknis alat persuasi (mempengaruhi) politik yaitu deliberatif, forensik
dan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada
apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat
sekarang. Retorika
forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada
apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak,
pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika demonstartif memfokuskan pada
wacana memuji dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang,
lembaga maupun gagasan.
e.
Politica : Politik
berasal dari bahasa Yunani, barasal dari kata politeae. Terdiri dari
kata : Polis, artinya kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (
negara). Teae artinya, urusan. Dalam bahasa Inggris istilah politik mengandung
dua pengertian yaitu politic dan policy. Politic artinya asas, alat, cara,
prinsip untuk mencapai tujuan atau cita- cita tertentu. Policy artinya
kebijakan, pertimbangan- pertimbangan untuk lebih menjamin tercapainya tujuan
cita- cita tersebut.
f.
Aesthetica : Estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai
sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.
Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
3. Pembagian menurut
Windelband
August Comte
membagi ilmu pengetahuan kedalam ilmu-ilmu pengetahuan yang abstrak dan ilmu
pengetahuan yang konkrit, yang positif. Kemudian Windelband, membagi ilmu-ilmu
pengetahuan yang konkrit menjadi 2 golongan :
1) Ilmu-ilmu yang nomotetis, atau yang disebut juga ilmu-ilmu alam
kodrat yang bercorak mencari wet-wet yang umum. Oleh Dilthey, golongan ilmu ini
disebut ilmu kodrat, yang berusaha menghadapi kejadian-kejadian dalam alam
kodrat dan menjelaskan kejadian tersebut dari hukum-hukum yang umum.
2) Ilmu-ilmu yang idiografis, maksudnya : ilmu pengetahuan yang
menulis gejala-gejala yang khusus. Bagian ini disebut juga ilmu-ilmu sejarah
mengenai hal-hal yang khusus. Menurut Dilthey, golongan yang kedua ini mencakup
dua jenis ilmu yakni :
a)
Psikologi
b)
Ilmu-ilmu kebudayaan
Tujuan ilmu-ilmu kerohanian, ingin
menginsyafi peristiwa-peristiwa dengan jalan merasakannya. Dalam merasakan itu
manusia mengerjakan alat-alat kerohaniannya, yang meliputi 3 jenis : akal,
rasa, dan kehendak.
Secara umum perkembangan ilmu
berbanding lurus dengan kebutuhan specialist umat manusia dalam menghadap alam,
sesama dan Tuhannya. Menurut Jujun S. Suriasumantri (2002:93), diperkirakan
sekarang ini terdapat sekitar 650 cabang keilmuan yang belum dikenal
orang-orang awam. Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua
cabang yakni filsafat alam yang kemudian berkembang menjadi rumpun ilmu alam
dan filsafat moral yang berkembang kedalam cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu alam
membagi diri kedalam dua kelompok, ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu alam bertujuan
mempelajari zat yang membentuk alam semesta, yang kemudian bercabang lagi
menjadi fisika (mempelajari massa dan energy), kimia (mempelajari substansi
zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit) dan ilmu bumi. Tiap-tiap
cabang membentuk ranting-ranting baru seperti fisika yang berkembang menjadi
mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan, magnetism, fisika
nuklir dan kimia fisik. Sampai ranting-ranting ini, yang dibicarakan masih ilmu
murni. Ilmu-ilmu murni ini berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan. Kimia
misalnya, sampai saat ini membelah menjadi 150 disiplin ilmu murni dan terapan.
Ilmu-ilmu sosial berkembang agak
lambat. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi
(mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari
proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam
memenuhi kebutuhannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur
organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses
kehidupan manusia bernegara dan
pemerintahan). Cabang-cabang ilmu sosial ini bercabang lagi, misal antropologi
yang terpecah menjadi lima : arkeologi, antropologi fisik, linguistic,
etnologi, antropologi sosial/cultural. Dari ilmu-ilmu tersebut diatas yang
dapat kita golongkan kedalam ilmu murni meskipun tidak sepenuhnya,
berkembangnya ilmu sosial terapan yang merupakan aplikasi dari berbagai konsep
ilmu sosial murni kepada suatu bidang telaah sosial tertentu. Pendidikan,
umpamanya merupakan ilmu sosial terapan yang mengaplikasikan konsep-konsep dari
psikologi, ekonomi, antropologi, dan sosiologi.
Konsepsi tentang ilmu yang
ensiklopedis bisa dilacak pada buku The Liang Gie (1984). Pada lampiran I
diketengahkan skema konsepsi keilmuan menurut The Liang gie yang bisa dianggap
salah satu alternative penggolongan ilmu. Penggolongan ilmu di Perguruan Tinggi
Indonesia secara lebih ringkas dan terbedakan berdasarkan ciri tertentu
daripada substansifnya adalah sebagai berikut (dalam UU Perguruan Tinggi (UU 1961/22))
:
- Ilmu
agama/kerohanian
- Ilmu
kebudayaan
- Ilmu
sosial
- Ilmu
esakta/teknik
Dalam tulisan ini dikemukakan
penggolongan ilmu yang dinilai paling mewakili peta keilmuan kontemporer, dan
juga paling umum. Universitas di Amerika Serikat secara luas juga menggunakan
pembagian ilmu berikut ini (The Liang Gie, 2000:63). Penggolongan ini diadopsi
dari H.A. Dardiri dalam bukunya Humaniora, Filsafat dan Logika (1986).
- Ilmu
Pengetahuan Alam ( Natural Science )
Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari
gejala-gejala alam, baik yang hayati maupun non
hayati. Ilmu Pengetahuan Alam terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ilmu alam dan kelompok ilmu hayat. Ilmu alam
terbagi menjadi disiplin-disiplin ilmu seperti
fisika, kimia, astronomi dan ilmu bumi. Spesialisasi keilmuan menuntut pembagian lebih lanjut, misalnya
dari fisika lahirlah disiplin mekanika, hidrodinamika,
bunyi, cahaya, dan listrik. Sedangkan yang termasuk ilmu hayat misalnya biofisika, mikrobiologi, botani
dan zoology. Mikrobiologi melahirkan disiplin
ilmu seperti genetika tanaman dan fisiologi tanaman.
- Ilmu
Pengetahuan Sosial ( Social Science )
Secara umum Ilmu Pengetahuan Sosial
mempelajari kehidupan bersama umat manusia,
yakni kehidupan sosial atau pergaulan hidup sesama manusia. Ilmu Pengetahuan Sosial terbagi menjadi beberapa
disiplin ilmu, misalnya antropologi, psikologi,
ekonomi, sosiologi dan ilmu politik. Spesialisasi yang melanda peta keilmuan Ilmu Pengetahuan Sosial
berkembang berdasarkan ekstentifikasi dan intensifikasi
wilayah kajiannya serta komunikasi lintas dan multidisipliner keilmuan. Misalnya, psikologi olahraga terlahir
sebagai hasil kajian multidisipliner keilmuan. Misalnya,
psikologi olahraga terlahir sebagai hasil kajian multidisipliner antara Ilmu Keolahragaan dengan psikologi.
- Humaniora
( Humanities )
“Humaniora” (Latin Baru) searti
dengan “the humanities” (Inggris) yang sama-sama diturunkan dari bahasa Latin Kuni Humanus yang berarti
manusiawi, berbudaya dan halus.
Dalam Encyclopedia Britannica disebutkan secara umum bahwa humaniora adalah sejenis pengetahuan yang berkaitan
dengan nila-nilai manusia dan ekspresi jiwanya,
termasuk mencakup kajian sikap dan perilaku moral manusia terhadap sesamanya. Beberapa sumbangan humaniora
terhadap umat manusia secara umum misalnya
mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan hati, memperkenalkan dan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang
universal dan abadi, serta integrasi teori
dan praktek. Cabang-cabang humaniora menurut Encyclopedia Britannica (1982) adalah bahasa (klasik maupun
modern), ilmu bahasa, kesusasteraan, sejarah, ilmu
hukum, filsafat, arkeologi, kritik seni, serta isi humanistic aspek-aspek ilmu sosial.
Comments